kosong kosong
Peningkatan jumlah investor di pasar modal dicatat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 37,53 persen menembus 10,3 juta single investor identification (SID) di 2022. Jika dilihat dari persebaran usia, total aset investasi menembus Rp1.574 triliun.
"Kami mencatat sejak 2020, pertumbuhan jumlah investor pasar modal setiap tahunnya lebih dari 2,5 juta, sehingga per 28 Desember 2022 menembus 10,3 juta SID," ucap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi di Main Hall BEI, Kamis (29/12).
Pada pertumbuhan jumlah investor, Inarno menjelaskan bahwa masih didominasi oleh mereka yang berusia di bawah 30 tahun. Sebanyak 58,74 persen investor di bawah 30 tahun mencatat total aset Rp80,97 triliun. Urutan kedua dihuni kelompok investor berusia 31-40 tahun sebanyak 22,47 persen dengan total aset Rp118,09 triliun.
Lalu, 10,85 persen investor berusia 41-50 tahun dengan total aset Rp177,54 triliun, 5,22 persen investor berusia 51-60 tahun mencatat Rp250,10 triliun, dan 2,77 persen investor berusia lebih dari 60 tahun yang mencatatkan nilai aset terbanyak menembus Rp947,36 triliun. Jika ditotal, aset dari 10,3 juta investor tersebut mencapai Rp1.574 triliun.
"Hal ini merupakan pertanda bagus bagi perekonomian Indonesia karena sejak usia dini sudah mulai melek investasi. Selain itu, ke depannya kaum Milenial dan Gen Z lah yang akan meneruskan perjuangan kita semua untuk membawa Indonesia menjadi pusat perekonomian dunia," harap Inarno.
Di lain sisi, Inarno mengatakan kinerja pasar modal Indonesia sepanjang 2022 diwarnai gejolak fluktuasi pasar. Ia tak menutup mata bahwa ada pelemahan bursa secara global, terlebih dalam satu bulan terakhir.
Meski begitu, ia mengklaim kinerja pasar modal secara year to date (ytd) masih positif. Per 28 Desember 2022, indeks harga saham gabungan (IHSG) berada di posisi 6.850 atau tumbuh 4,09 persen secara ytd. Namun, ia tak menampik bahwa angka tersebut memang relatif menurun ketimbang beberapa tahun lalu.
"Tentu memang kalau dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya ini memang ada penurunan, tetapi dengan adanya ketidakpastian perekonomian global segala macam, untuk pencapaian 4,09 persen ytd pada 2022 ini sudah cukup bagus. Terutama dibandingkan di ASEAN, kita di atas Malaysia, Filipina, dan lain-lain. Kita di ASEAN itu slightly lebih rendah dari Singapura," ungkapnya.
Dalam paparan Inarno, kinerja IHSG saat ini adalah tertinggi kedua di ASEAN setelah Singapura. Bahkan, Indonesia pernah menempati urutan ketiga bursa di dunia pada November lalu. Di lain sisi, pertumbuhan IHSG pernah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di level 7.318 pada 13 September 2022.
Inarno berharap fluktuasi pasar dan gejolak di 2022 bisa menjadi modal awal untuk meningkatkan semangat dan optimisme pasar modal untuk mewujudkan Indonesia sebagai tempat berinvestasi yang aman, nyaman, dan terpercaya.
Sumber referensi : CNN Indonesia